Senin, 06 Juli 2009

KB Bintang kecil Membantu, Mendesain Masa Depan Anak


Sejak lahir ke muka bumi, anak (bayi) sudah mulai mengalami proses belajar. Dia belajar mengenal orang tuanya, bapak-ibu, melalui indera penciumannya. Anak belajar mengenal alam lingkungannya melalui pancainderanya. Proses belajar yang terjadi pada anak atau bayi itulah menunjukkan adanya kecerdasan anak itu sendiri. Artinya lagi, anak lahir ke muka bumi ini dilengkapi dengan berbagai kecerdasan.
“Tingkatan kecerdasan anak usia nol hingga 4 tahun itu belum optimal. Baru sekitar 50 persen. Makanya, tingkatan kecerdasan anak usia itu perlu diisi agar bisa optimal,” ujar DR. Gusna Wirta T. Fasli, MPd., Ketua Umum HIMPAUDI (Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini Indonesia).
Menurut Wirta, pengisian kekurangan itu merupakan proses pembelajaran yang terencana, terarah, dan sistematis pada anak sehingga intelektual anak bertumbuh dan berkembang dengan baik.
Proses pembelajaran yang baik itu harus direncanakan dan diprogram sedemikian rupa, sehingga anak menjalani proses belajar yang berkualitas, bukan hanya belajar secara instinktif.
“Diprogram atau tidak, anak tetap saja mengalami proses belajar dalam kesehariannya. Tapi, belajar secara instinktif, jelas tidak terarah, tidak sistematis. Dan, hasilnya belajarnya pun diragukan,”ujar Wirta.
Proses belajar secara instinktif dan mengandalkan indera, terutama indera peraba dan penciuman, berlangsung pada anak usia nol hingga 1,5 tahun. Memang, usia ini masih bisa dilakukan proses pembelajaran pada anak, tapi hasilnya masih kurang efektif.
Makanya, usia belajar yang efektif untuk memulai proses pembelajaran pada anak adalah usia 1,5 tahun. Kelompok usia 1,5 tahun hingga 2,5 tahun ini dimasukkan ke dalam kelompok belajar tertentu yang lebih dikenal dengan Toddler. Dan, kelompok usia 2,5 tahun hingga 4 tahun, dikenal dengan kelompok belajar Play Group (kelompok bermain).
Kelompok bermain ini adalah semacam metode belajar-mengajar yang unik dan menarik. Intinya, anak bermain secaya belajar.
“Anak menjalani proses belajarnya melalui permainan. Dan, memang usia anak merupakan usia bermain. Makanya, kelompok Bermain Bintang Kecil menekankan pada permainan untuk anak. Dan, dari permainan ini, anak menjalani proses belajarnya,” ujar Wirta.
Kelompok Bermain Bintang Kecil berupaya menjadikan anak-anak yang tergabung dalam kelompok ini agar menjadi lebih cerdas, lebih mandiri, dan lebih pandai dalam berteman (tidak egois).
“Di KB Bintang kecil, anak melakukan proses sosialisasi. Anak diajarkan untuk memiliki rasa solidaritas, khususnya sesame temannya di kelompok bermain ini. Bagaimanapun, anak ini nantinya, akan memasuki masyarakat yang sebenarnya. Jadi, ini juga langkah untuk menyiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik dan benar, dan sekaligus membantu mengarahkan dan mewujudkan cita-citanya,” kata Wirta.
Tidak hanya itu. Di KB Bintang Kecil juga ada Klinik Konsultasi Anak dan Keluarga. Disini, berbagai masalah anak dan keluarga bisa dikonsultasikan dengan pakarnya, Dra. Evita Adnan, MPsi.
Untuk Klinik konsultasi Anak dan Keluarga ini, juga membantu menemukan kemampuan yang ada pada diri anak agar semangat belajar bertambah, prestasi belajar meningkat, dan berhasil di masa depan.
Selain itu, Klinik Konsultasi ini juga membantu siswa/i di sekolah menengah atas untuk menentukan pilihannya dalam melanjutkan sekolahnya ke perguruan tinggi. Penentuan pilihan ini, misalnya, berupa fakultas yang cocok dan sesuai dengan bakat siswa itu agar nantinya bisa berprestasi dalam kuliah; cepat menyelesaikan studi; dan mencapai apa yang di cita-citakannya. (Ttn)